Kisah Nyata Pak Bodong

Tuhan….Izinkan Saya Menangis….

Satu bulan setelah saya mulai mengajar yaitu dibulan Agustus 1976 saya menerima gaji yang pertama sebagai guru Pegawai negeri sebesar Rp 12.000.- (Dua belas ribu rupiah ) sebulan…….bukan main bingungnya saya… bagaimana cara membagi gaji saya ini supaya cukup untuk hidup satu bulan….. Yah walaupun saya guru matematika…. tapi menghadapi matematika gaji ini…. kepala saya terasa mau pecah……. gaji itu ternyata hanya cukup untuk seminggu…. itu saja hanya untuk kebutuhan sehari Hari…. belum untuk biaya sekolah anak anak… biaya kesehatan… pakaian dll. Saya mencoba untuk saya dan istri haya makan pakai sayur sekali sehari yaitu pada pagi hari, sedang untuk makan siang dan makan malam saya dan istri hanya pakai kecap…. terkadang hanya pakai garam yang dicampur air hangat…… itu saja masih belum bisa mencukupi untuk hidup selama satu bulan. terpaksa saya harus hutang Koperasi Sekolah setiap bulan…. sampai akhirnya suatu ketika gaji saya negatip karena dipotong cicilan Koperasi Sekolah…… bukan main…. bukan main…. Saya melihat hal yang serupa terjadi pada guru yang berasal dari kota yang mengajar disekolah ini….. mereka juga berburu hutang untuk mempertahankan hidup……….Ada enam guru dari kota termasuk saya…… mereka menjalankan tugas dengan naik sepeda.

Ini amat kontras dengan guru yang lain yang tinggal dan asli diwilayah yang berdekatan dengan lokasi sekolah tempat kerja. Pada umumnya mereka adalah  petani….. mereka punya sawah dan kebun yang cukup luas sebagai sumber kehidupan mereka yang utama. ” Saya menjadi Pegawai Negeri ini semata mata hanya mencari status sosial, jadi bukan tempat untuk mencari makan…… karena tanpa menjadi pegawai negeripun hidup kami sudah berkecukupan ” kata mereka dengan polos. Agak tersinggung juga saya mendengar perkataannya itu….. namun setelah saya perhatikan mereka itu memang berbicara secara  tulus dengan roman muka yang polos…. tak ada maksud sama sekali untuk mengejek saya.

Sekolah tempat saya bekerja letaknya menjorok masuk dalam lingkungan desa yang masyarakat sekelilingnya adalah para petani. Sebagai masyarakat petani masih banyak upacara tradisi diwilayah itu seperti upacara khitanan., tujuh bulan kandungan, peringatan 40 hari, 100 hari, setahun, dua tahun, dan seribu hari setelah kematian dan lain lain. Dapat dipastikan hampir setiap minggu kami guru guru dan staf TU diundang dalam hajatan tersebut. Beruntunglah bahwa Kepala Sekolah cukup bijaksana…… uang sumbangan diambilkan dari dana sekolah dan pada amplop selalu ditulis :    Dari Keluarga besar SMEA…. sehingga kami secara pribadi tidak harus mengeluarkan dana sumbangan…. karena memang tidak punya. Pada saat menghadiri acara tersebut saya benar benar merasakan makan yang cukup lengkap.… istilahnya empat sehat gitu lhoo… Saya merasakan nikmatnya makan pakai sayur, lauk pauk, kerupuk, dan buah buahan. Setelah makan dan beristirahat, kadang kadang dalam hati saya merasa pedih….. dulu makanan seperti ini sering saya lecehkan…. lebih lebih yang namanya Tahu dan Tempe,…. tapi ternyata sekarang tahu dan tempe merupakan makanan yang mewah dalam keluargaku.

Pada suatu  hari ketika saya sedang mengawasi pekerjaan anak anak mengerjakan tugas soal Trigonometri

yang teorinya baru saja saya berikan…. dari arah belakang seorang siswa putri yang duduk sendirian dibangku paling belakang menunjukkan telunjuk jarinya yang artinya akan menanyakan sesuatu. Siswi tersebut anak orang yang cukup berada, lincah, cerdas, supel dan tidak pemalu. Ia duduk sendirian karena teman sebangkunya tidak masuk ada keperluan. Saya kemudian duduk disampingnya sambil menerangkan cara cara mengerjakan soal Trigonometri tersebut. Namun agak aneh…. anak itu memperhatikan raut muka saya sambil mengulum senyum…. ” Ada apa… ” tanyaku       ” Bapak lapar ya….. ? “  Saya sedikit kaget dengan pertanyaan itu. ” Lho memangnya ada apa… ?  ” Itu perut Bapak berbunyi keroncongan….. “  Waduh bagaimana ini….. ? tapi saya menjawab dengan diplomatis….. ” Ya tadi pagi bapak memang belum makan…. karena terburu buru harus mengajar jam ke Nol. “  Haa… haaa…. terburu buru sehingga belum makan…. ? Emangnya ada yang dimakan…. ? Bukan main …. hati saya rasanya tidak karuan….. Bagaimana tidak… ? jam ke Nol dimulai 6.30 wib….. perjalanan dari rumah ke sekolah dengan sepeda paling cepat membutuhkan waktu setengah jam….. sehingga selambat lambatnya saya harus berangkat dari rumah  jam enam pagi. Istri saya belum masak karena harus belanja dengan cara bon diwarung dan dibayar tiap bulan. Tanpa saya sadari saya merenung agak lama didalam kelas disamping siswa putri tersebut….. dan…. Pak…. ini kebetulan hari ulang tahun saya… apakah bapak bersedia nanti pulang bersama sama ketempat saya untuk sedikit pesta… mau ya pak…. ? Waduh bukan main bingungnya saya …. kalau saya mau pasti makan enak…. tapi harus memberi Kado….. uang dari mana… ? .. sedang sejak pagi perut ini belum diisi nasi…. hanya diisi dua potong singkong rebus. Akhirnya dengan suara lembut dan tersenyum saya menolak…. Bapak tadi sudah janjian sama ibu dirumah untuk mengantarkan ibu kepasar…. jadi saya tidak bisa ikut…… maaf  ya…. mungkin kali lain bisa….. Oh ya…. saya ucapkan selamat ulang tahun yang ke 18 ya anak manis…..dan tangannya saya jabat dengan lembut…… Ada rasa kecewa diwajahnya yang cantik lugu dan nyaris tanpa make up itu.

Selama satu tahun saya mengajar….. keadaan ekonomi keluarga saya semakin kacau balau karena memang gaji guru amat kecil tanpa tambahan tunjangan apapun dari pemerintah… malahan gaji yang sudah kecil itu masih dipotong lagi oleh instasi-2 resmi seperti: Potongan Pertiwi ( Istri-2 PNS ) , KORPRI, PGRI dll.

Akhirnya saya menerima ajakan teman untuk menjadi guru honorer di SMEA-17… sekolah swasta yang kekurangan banyak guru. Teman saya itu diberi amanat oleh Yayasan-17 untuk menghidupkan sekolah  yang sudah hampir mati itu karena kekurangan murid. Sekolah ini diselenggarakan pada siang hari…. sehingga dari mengajar di SMEA negeri siangnya saya langsung mengajar disekolah swasta ini. Disekolah ini saya mengajar bermacam macam bidang studi seperti : Hukum Dagang , Matematika, Korespondensi Bahasa Inggris, Managemen, Ilmu Menjual dan lain lain… karena gurunya memang belum ada. Sekalipun amat berat karena harus belajar bermaca macam… semua ini terpaksa saya terima asalkan dapur tetap berasap. Dengan demikan jam kerja saya adalah dari pagi sampai sore hari…. bukan main….

Dan pada suatu sore… ketika saya pulang dari mengajar dan belum masuk halaman rumah…. anak saya yang terkecil berlari lari dengan riang menyambut kedatangan saya….. sambil tertawa ceria anak saya tersebut berkata dengan keras dan lugu  “…. Pak tadi saya makan cuma nasi dengan garam….. ” Saya benar benar tertegun… istri saya cuma memandang dari kejauhan dengan paras yang sudah saya pahami……dan tanpa berkata sepatahpun saya langsung naik sepeda kembali menuju ke SMEA negeri Bantul ke kantor koperasi konsumsi sekolah. Kantor Koperasi konsumsi sekolah terletak dipinggir jalan raya.. dirumah salah seorang guru yang mengajar disitu. Kalau siang sampai malam hari Koperasi konsumsi sekolah itu melayani penjualan untuk masyarakat umum.

Dan tanpa banyak pikir saya bon bermacam macam barang seperti Susu Kaleng, Roti kering Khong Guan, Rokok dua pak ( isi @ 12 bungkus ), Gula Pasir tiga Kg, satu pak teh ( isi 10 bungkus ) , beberapa bungkus kopi dll.dan saya terus balik ke kota menuju kios dipasar pinggir jalan.  Pemilik kios itu adalah tetangga yang sudah saya kenal baik. Barang barang dari koperasi itu saya jual semuanya . Waktu itu sudah menunjukkan jam 20.00 wib. setelah memperoleh uang saya merasakan perut amat lapar sekali…. maklum sehari tadi hanya makan pagi saja tanpa lauk. saya mampir ke Warung Koboi dipinggir jalan…. dua bungkus nasi kucing dan segelas besar teh panas cukup memuaskan rasa lapar saya. Saya membeli beberapa bungkus nasi kucing untuk istri dan anak dirumah , yang pasti masih lapar…. dan benar sesampainya dirumah mereka langsung membongkar masing masing dua bungkus nasi kucing….. istri dan anak anak makan dengan lahapnya….. hati saya rasanya tidak karuan….

Pada suatu pagi istri saya memeluk anaknya sambil menangis…… Pak…. anak kita sakit panas sekali….. uang sudah habis sama sekali…. saya sudah tidak berani hutang ketetangga karena hutang kita sudah cukup banyak…. barang barang sudah tidak ada lagi yang harus dijual…… gelang dan kalung sudah lama terjual untuk kebutuhan se hari hari…. duh bagaimana ini pak…. ? Bukan main bingungnya saya…… satu satunya harta saya yang selama ini paling saya pertahankan untuk tidak dijual adalah cincin kawin. Tapi bagaimana lagi…. ? “…. Bu sebaiknya kita jual saja cincin kawin kita…… ” kataku dengan amat berat….. ” Paaaakkkkkk…. ” Bu biarlah ciincin kawin kita dijual…. yang penting cinta kita tidak terjual…… ” jawab saya

Istri saya tidak menjawab hanya tangis yang ditahan tahan amat memilukan hati saya….. Dan hari itu saya tidak mengajar…. saya pergi kepasar Beringhardjo menjual cicncin kawin saya. Memang saya putuskan untuk dijual, tidak digadaikan… karena kalau digadaikan belum tentu saya mampu menebusnya. Agak siang sedikit anak saya bersama istri saya bawa ke RS Bethesda ke dokter spesialis anak…. diberi suntikan dan resep obat.. Pada malam harinya anak saya sudah tidak demam lagi, tidur nyenyak dalam pelukan ibunya. Saya pandangi ibu dan anak yang tidur saling berpelukan itu dengan perasaan sedih yang mendalam……Terus terang hati saya menangis…….. Ya Tuhan…. ijinkanlah saya menangis…. biarkanlah saya menangis walaupun hanya dalam hati…Ijinkanlah saya mengangis walaupun saya  seorang guru. ….Ya karena dalam briefingnya  Kepala Kantor Wilayah Depdikbud selalu mengatakan dan menekankan bahwa seorang guru tidak boleh mengeluh apalagi menangis Tetapi dalam kesesakan hidup istri saya sering bertanya…. “  Pak mengapa harus pindah dari Kotamadya…. ? Padahal di Kotamadya hidup kita cukup enak……” Kalau menghadapi pertanyaan yang demikian …. dengan susah payah saya seringkali harus menerangkan…. ” Bu sebenarnya kalau hidup lurus, hidup sebagai PNS itu sama saja… artinya sama miskinnya dengan sekarang ini. Kalau dulu saya memperoleh penghasilan yang banyak… itu sebenarnya secara Ketuhanan adalah racun atau uang haram. Kita telah diperingatkan oleh Tuhan dengan saya diberi sakit yang amat berat…. yang menghabiskan seluruh harta kekayaan kita….. tapi atas kasihNya pula kita masih diberi kesempatan untuk menebus dosa. ( baca :Anugerah tertinggi atau : http://pakbodong.blogspot.com/2009/09/anugerah-tertinggi.html) ….Sabarlah Bu…. Tuhan tidak akan memberikan cobaan yang kita tidak diberi kekuatan untuk mengatasi.

Setelah kejadian itu pada hari hari selanjutnya sekalipun amat lambat….. tapi tekanan ekonomi keluarga semakin berkurang….. dan sahabat saya , rekan kerja di SMEA negeri yang petani  yang mengajak saya untuk mengajar di SMEA swasta 17 memberi  saya sebuah sepeda motor bekas CB 100 yang masih laik jalan dengan gratis, dengan alasan setelah saya mengajar di SMEA-17 murid murid bertambah banyak dan saya adalah guru yang paling rajin dalam memberi motivasi katanya……Dia sendiri membeli sebuah yang baru. . Dengan sepeda motor bekas itu saya menambah penghasilan dengan mengajar di SMEA Putratama Bantul yang masuk siang hari dan SMEA Marsudi Luhur Kodya Yogyakarta. yang masuk pagi hari. Dengan demikian jam kerja saya adalah dari jam 06.30 – 17.30…… bukan main…….

Tetapi …….saya melihat cahaya fajar nun jauh disana……..

By Pak Bodong

[Tahun 1967 – 1970 sebagai PNS Direktorat Pembangunan Desa Prop. Daerah Istimewa Yogyakarta. Tahun 1970 – 1976 sebagai PNS otonom Propinsi D.I.Y. diperbantukan di Kotamadya Yogyakarta. Tahun 1976 – 1983 sebagai guru PNS di SMEA negeri Sabdodadi Bantul Daerah Istimewa Yopgyakarta. Tahun 1983 – 1996 sebagai guru PNS di SMA negeri Sewon Bantul Prop. Daerah Istimewa Yogyakarta. tahun 1996 – 2004 ( pensiun ) sebagai guru PNS di SMA negeri 7 Kotamadya Yogyakarta.]

  1. mugissae
    April 2, 2010 at 10:39 am

    pak Bodong salah satu guru di SMK saya dulu,, cayo pak Bodong,,,

  1. No trackbacks yet.

Leave a comment