Archive

Archive for the ‘fiksi’ Category

Cita dan Cinta


Aku adalah anak SMA yang sama halnya dengan teman seperjuanganku. Ingin bisa melanjutkan study ke perguruan tinggi favourite. Hmmm ngomong soal perguruan tinggi, aku ingin bisa kuliah di salah satu universitas di Korea, salah satu dari SKY yang merupakan singkatan dari tiga perguruan tinggi terfavourite disana.

Sepertinya ujian masuk perguruan tinggi didepan mata, aku harus meninggalkan kota tercintaku, yah Yogyakarta kota pelajar yang aku cintai yang konon berhati nyaman. Tidak hanya itu, aku juga harus rela meninggalkan kekasihku, karena kami berbeda tujuan, dia harus tetap dirumah meneruskan usaha batik keluarganya, sedang aku harus mengejar citaku kuliah di negeri orang, ini juga karena harapan orangtuaku, demi masa depan aku pun harus rela pergi.

LDR Long Distance Relatipnsip, hubungan jarak jauh awalnya biasa bagiku dan kekasih. Media internet membuat kami mudah berkomunikasi. Hingga suatu waktu kekasihku memberi kabar dia akan lebih fokus ke usaha batiknya, karena orangtuanya berpesan itu setelah beberapa waktu kemarin ayahnya meninggal. Semenjak itulah komunikasi kami putus.

Empat tahun berlalu begitu saja, aku pun masih berharap kepada kekasihku. Di negeri ini selepas sarjanaku kelar, aku fokus mencari kerja. Begitu sulitnya untuk mendapatkan kerjaan sesuai keinginan kita, hingga pada suatu waktu aku berkenalan dengan seseorang dalan suatu seminar, dia memberiku informasi lowongan kerja ni New York, wowww apa aku mampu? Tapi tak salah kucoba, aku pun mendapat panggilan test setelah seminggu aku kirim berkas.

Hari itu tanggal 18 Juli, pas dengan hari ulang tahunku aku mendapat email dari New York, begitu bahagianya aku ternyata aku lolos test dan bulan depan aku sudah bisa bekerja, alhamdulillah Alloh memberikan jalan.

Setahun aku di NY, temanku di Yogya memberi kabar dia akan menikah dan berharap aku bisa hadir. Hmmm karena hari pernikahannya pas musim libur kebetulan juga aku dapat jatah libur aku pun ambil libur cuti pas hari itu. Aku dapat jatah seminggu di Yogya.

Hari pernikahan teman pun tiba, gaun serba putih dan setelan jas serba putih itu membuatku teringat kekasihku, andai kami yang ada di pelaminan itu. Tiba-tiba tatapanku terkejutkan oleh sepasang tamu, dan ternyata dia kekasihku. Aku dekati dan saling bertanya kabar, kaget ketika dia memperkenalkan pasangan itu adalah suaminya. Aku hanya tersenyum walau sebenarnya aku sakit. Semenjak peristiwa pertemuan itu, aku kembali ke NY dan fokus bekerja, aku mencoba melupakannya. Cintaku boleh gagal, tapi citaku harus tetap kukejar dan tak boleh gagal.

Kehidupan itu sebenarnya indah, kita hidup ibarat orang sedang traveler, itu akan menarik tergantung kita menjalaninya.

Berjalan terus kedepan, ambil yang menurutmu baik, jika tidak nanti kamu tak bisa kembali untuk mengambilnya lagi.

Life must go on, never give up, keep strugle.

Categories: Cerita, Cinta, fiksi, Motivasi

Dia Pergi Dalam Pelukan

November 8, 2012 Leave a comment

Suatu hari, beberapa waktu yang lalu. Aku bertemu seorang perempuan, orangnya cakep namun pendiam. Pertama kita kenal karena kami sama-sama dalam suatu kegiatan. Dia adalah perempuan pertama yang membuatku enggan berpaling dari mukanya. Aku selalu mencuri pandang demi melihat wajahnya yang imut.

Februari 2010 kami jadian, awalnya kita jalani hari demi hari penuh canda tawa, penuh suka cita bersama. Banyak teman-teman kami yang iri saking romantisnya kami, selalu bersama dalam suka dan duka. Dia memang paling bisa mengerti aku, dan aku juga mencoba untuk bisa mengertinya. Aku sangat bersyukur dipertemukan dengannya, perempuan baik dalam hidupku.

Aku masih ingat jelas kala itu, pagi ketika aku hendak menjemputnya untuk pergi kuliah bareng. Betapa kagetnya aku, ketika ibunya bercerita jika dia sedang sakit, perempuan baik yang selalu menghiasi hariku. Ibunya tak henti-hentinya menangis. Aku coba hibur biar dia mau cerita yang sesungguhnya. “Ada apa bu? Dia sakit apa, kenapa ibu sesedih ini?” Kata ku penuh rasa gelisah. “Maafkan aku, mungkin ini salahku, dia menderita lumpuh sebagian tubuhnya, otaknya juga terganggu. Memang dari keluarga kami ada riwayat keturunan sakit seperti itu, maafkan aku.” Kata ibu berulang kali kepadaku.

Aku masuk kamar pacarku, aku lihat dia terbaring lemah. Aku coba panggil namanya, dia hanya menoleh dengan ekspresi datar, jauh dari hari-hari biasa waktu dia masih sehat. Sejenak terdiam, dia mulai mencoba berbicara, “sayang, aku minta maaf, aku tak pernah cerita sebelumnya jika aku memiliki penyakit, penyakit yang susah untuk sembuh. Maaf sayang, aku rela jika kamu berpaling dariku dan mencari penggantiku, mencari perempuan lain yang lebih sempurna, yang mampu menghiasi harimu lagi. Maaf karena aku tak akan bisa seperti kemarin, menemanimu dikala senang maupun duka.” Perkataan dia sungguh membuatku tak berdaya, aku tak mampu menahan air mataku. Air mataku menetes begitu saja seolah tak mau henti, seperti perasaanku yang selalu mengalir untuknya. Sayang, kamu jangan bicara seperti itu. Aku ingin kita tetap bersama seperti kemarin, kalau memang kita tidak bisa selalu jalan seperti kemarin, itu bukan masalah buatku. Aku masih bisa selalu mengunjungimu tiap saat, kita juga masih bisa jalan pakai kursi roda. Kamu jangan menyerah, kataku penuh berlinang air mata. Kamu tahu kan, aku sangat menyayangimu. Kamu adalah anugrah terindah yang pernah aku miliki. Kamu jangan ragu, besok kita secepatnya menikah. Aku ingin kamu senang, nanti aku akan keluar dari kuliahku untuk kerja buat kita berdua. Kamu mau kan sayang? Aku masih berlinang air mata ketika aku membujuknya, perempuan baik yang dulu selalu ceria dan penuh semangat, kali ini dia tergeletak tak berdaya didepan mataku. Sungguh malangnya, dia lumpuh dan mengalami gangguan otak, bahkan dokter menduga itu bisa jadi kanker otak. Ya Alloh kenapa Kau berikan cobaan ini untuknya, jika memang bisa Kau pindahkan, aku mohon pindahkan sakitnya kepadaku ya Alloh. Aku ingin melihatnya penuh bahagia seperti kemarin, walau aku harus mempertaruhkan hidupku.

Hari itu senja di sebuah taman dekat rumahnya, aku mendorongnya dengan kursi roda, aku mengajaknya menikmati senja kala itu. Senyum senja kala itu mengingatkan senyumnya yang penuh kebahagiaan setiap hari. Aku memeluknya dari belakang, aku berbicara lembut terhadapnya, aku ingin dia melawan sakitnya, aku ingin dia jangan putus asa, karena aku selalu disampingmu sayang. Saat ini dan sampai nanti. Aku pun terkejutkan ketika kepalanya lemas tertunduk, aku menangis sambil memeluknya erat, dia hanya terdiam terduduk dikursi roda. Aku tahu dia tlah tiada, sayang bangun sayang….. Sayaaaaaannng bangun, bangun sayang… Jangan tinggalkan aku, aku akan selalu ada buat kamu, sayang bangun bangun sayang… Aku menangis meronta, seakan tak percaya dia pergi meninggalkanku untuk selamanya.

Hari pemakaman dia aku tak bisa hadir, kesehatanku drop, bahkan aku sempat pingsan beberapa hari. Ketika aku sadar aku cuma ingat terakhir aku menulis cerita ini, karena aku sudah tak tahu harus berbuat apa. Siang itu aku mengunjungi makamnya, seperti biasa aku tak mampu menahan air mataku. Aku bersihkan makam nya dan ku panjatkan doa untuknya. Lama aku terdiam didepan makamnya, aku lanjutkan menulis cerita ini sambil berbicara didepan makamnya, berharap dia akan mendengarkanku. Dan kini aku pun terbaring bersamanya, tepat disamping makamnya kutertidur menemaninya…

Categories: Cerita, fiksi

Back To The Floor

September 24, 2012 Leave a comment

Dahulu selepas lulus SMA, aku adalah anak kampung korban kearoganan dan keotoriteran. Baginya aku berbuat apapun, salah atau pun benar itu tak ada bedanya. Pertengkaran sengit waktu itu masih menjadi cerita perjalanan yang tak terlupakan.

Dulu aku hanya tahu bahwa aku harus terus menaiki tiap anak tangga ini satu per satu. Cuma waktu itu aku harus rela berhenti disalah satu anak tangga. Setelah lulus SMA aku putuskan berkerja karena pengajuan keinginan kuliah ditolak oleh bos besar. Read more…

Categories: Cerita, fiksi, Motivasi

I In The Love

September 21, 2012 Leave a comment

Long time ago saat aku masih duduk di semester tiga. Aku mengenal sesok cewek cantik yang senyumnya selalu menggoda setiap lelaki. Ya pastinya karena teman-temanku pun banyak yang naksir sama dia. Sebut saja namanya iin, ya iin adalah gadis manis simple tapi fashionable. Pertama aku mengenalnya karena beberapa temanku sering membicarakannya, nah suatu ketika pas aku maen di kost teman, kebetulan iin juga pas datang maen kesana. Disitulah aku dikenalkan sama temanku. Read more…

Categories: Cerita, Cinta, fiksi

Noraku

September 18, 2012 2 comments

Tahun 2010 adalah awal aku mengenalnya. Sebut saja Nora, ya gadis manis berpenampilan simpel tapi menarik. Dia adalah adik angkatanku di kampus, memang kebetulan aku menjadi team ospek. Aku mengenalnya pas menghukumnya ketika dia datang terlambat. Entah kenapa awal aku melihat wajahnya, aku seperti melihat sesosok orang yang penah singgah dalam lubuk hatiku, entah siapa tapi dia benar membuatku tak berhenti memikirkannya.

Nora.. Pemimpin ospek malam itu memanggil. “Ya kak” jawab Nora tegas. Kamu keruang 101 temua kak Tio disana ya. Kebetulan malam itu adalah malam penutupan ospek, ada acara ngerjain adek angkatan maupun kakak angkatan. Tak terlepas juga acara tembak menembak buat pacar baru. Read more…

Categories: Cerita, Cinta, fiksi

Papa Tercinta #2


Lebaran tahun lalu begitu berkesan, karena keluarga papa datang berkumpul bersama. Melihat papa tersenyum itu menenangkan hati.

Hari itu sepulang aku kerja, tepatnya jam 9 malam. Aku baru sampai rumah, dan biasanya papa sedang asik nonton TV dikamarnya. Tapi malam itu terasa berbeda suasana rumah, aku jadi was-was. Dan benar perasaanku, ketika aku masuk ke kamar papa, papa tergeletak di lantai dan hanya terdiam tak bergerak. Begitu terkejutnya aku, aku bingung dan tak tahu harus berbuat apa. Aku coba telpon rumah sakit, sampai beberapa waktu kemudian ambulan datang. Ya Alloh apa lagi yang akan Kau berikan kepada hambaMu ini? Aku tak tahu apakah aku masih kuat dengan apa yang akan Kau berikan. Read more…

Categories: Cerita, fiksi

Papa Tercinta


Always, everyday I wake up early, untuk papa ku pastinya. Subuh aku harus uda bangun, sholat kemudian nyiapin sarapan pagi buat aku dan papa tercintaku. Kami cuma tinggal berdua, karena ibu pergi meninggalkan kami sejak papa diserang penyakit aneh. Yah papa tiba-tiba tak bisa mendengar dan juga bicara. Exacly its very difficult for me. Read more…

Categories: Cerita, fiksi

Tanpa Kaki


Aku terdiam diatap sebuah banguna disudut kota dimana aku dilahirkan. Terduduk di kursi roda kupandang langit senja yang mulai menggelap. Cahaya mulai bermunculan disetiap sudut ketika petang datang. Demikian hatiku yang selalu menanti setiap pancaran cahaya kehidupan.

Long time ago, disuatu sudut desa kota diruangan kecil samping kamar mandi. Aku terlahir kedunia ini, begitu bahagiaanya setiap orang saat itu melihatku ada didunia ini. Read more…

Categories: Cerita, fiksi

Embisil

July 27, 2012 2 comments

Sebuah band bernama embisil. Band kecil yang aku buat bersama sahabatku. Drum, guitar melodi, guitar akustik, serta bass. Memulai dari awal masa SMA. Gara-gara sama suka maen alat musik, kami pun sepakat bikin band ini. Dan nama embisil diambil dari sebutan nama kelas kami dulu.

Waktu demi waktu kami selalu semangat latihan, walau minim perlengkapan, dan hanya bisa sewa studio musik seminggu sekali. Tapi itu cukup memuaskan bagi kami. Exacly, karena dengan itu emosi kami tersalurkan. Masalah-masalah yang kami punya terkadang hilang dengan gila-gilaan main musik. Read more…

Categories: Cerita, fiksi

Sejauh Mana Kamu Mencintai Pasanganmu?

January 28, 2012 Leave a comment

Konon hidup sepasang kekasih yang saling mencintai disalah satu sudut kota Joghja.

Sebut saja aku. Aku punya pacar yang sangat menyayangiku. Kami pun sudah lama menajalin hubungan ini. Kami juga sudah berencana untuk menikah. Read more…

Categories: Cerita, Cinta, fiksi

Mbodohi Wong Pinter

December 13, 2011 Leave a comment

Hmmmm kali ini saya pengen berbagi cerita, ya semoga saja kalian bisa menikmatinya.

Seperti yang tertulis bahwa judul cerita ini “Mbodohi Wong Pinter”, kalau dalam bahasa Indonesia “Membodohi Orang Pintar”. Okey lanjut ke ceritanya di alinea berikut. 🙂

Suatu ketika sebut saja Paijo seorang pengusaha terkaya di Jogja pergi ke suatu bank, dia ingin menggadaikan motor mewahnya (baca: Harley Davidson). Paijo masuk ke bank dan menemui CS dan bilang “Saya besok ada pertemuan dan mengisi berbagai seminar sekalian liburan di Jakarta selama 1 bulan, saya mau meminjam 5 juta untuk tambahan dana. Apakah bisa?”. CS menjawab “Tentu bisa pak tapi harus ada jaminanya.” Okey jaminanya itu motor Harley saya didepan, ini kuncinya.” Sesaat petugas mengecek motor itu kemudian memasukanya ke garasi dalam bank tersebut. Kemudian CS pun menyiapkan uangnya sebesar 5 juta yang jadi pinjaman Paijo tadi. Paijo pun menerimanya dan kemudian pergi meninggalkan bank. Seiring kepergian Paijo, CS bank bergumam “dasar pengusaha edan (gila) menggadaikan motor mewahnya untuk uang segitu.” Read more…

Categories: fiksi

Pagi Ini Masih Gelap


28 Maret 2010

Aku terbangun pagi-pagi namun rintik hujan ini mengusik semangatku untuk bangun. Aku pun tarik selimut dan mencoba tertidur, hingga suara babe dan ibu ku mengejutkanku.
Seperti biasa, bangun tidur nyuci gelas bekas kopi ku semalem, kemudian cuci muka. Cuma yang beda dipagi ini aku tidak bikin kopi seperti biasanya, bukan karena tak ingin tapi karena memang kulihat ditoples persediaan kopi habis. Berasa tak lengkap pagi ini tanpa kopi untuk mengawali hariku.

Hari ini semua orang punya kegiatan sendiri-sendiri, babeku seperti biasa sibuk dengan teman “mbatik” nya (mbatik = bikin batik). Ibuku yang kebetulan hari ini tak pergi aku dengar dia sudah mulai mengayunkan kakinya untuk menjahit pakaian diruangan sebelah. Sedang aku sendiri masih belum pasti, dengan status pengangguran ini membuat pagi menjadi momok tersendiri bagiku, yah momok yang menakutkan, seharian tak tahu harus berbuat apa, dengan gelar sarjana dipundak menambah beban ini semakin berat.

Mungkin kalian berpikir “kenapa kamu gak bantu babe kamu bikin batik aja?”. Yah semua yang dengar keluhanku selalu saja bilang begitu, karena memang mereka tak mengerti seperti apa hidupku ini. Aku yang dari kecil tidak pernah bisa klop dan sepikiran dengan babeku, dan dengan perlakuan kerasnya babeku ke aku membuat aku ini tumbuh dengan jiwa sedikit keras, jiwa yang selalu mencari kebebasan, tidak ingin diusik, dan mencoba merevolusi ini semua. Dan disaat aku yang mulai tak kuat dengan keadaanku ini, beberapa temanku masih belum bisa percaya dengan keadaanku ini, bahwa ini sudah akut, aku sudah tak kuat terus hidup seperti ini, ingin pergi tapi tak ada modal, ingin kerja tapi entah kenapa dari berapa banyak lamaranku belum ada yang membuahkan hasil. Dan kali ini sudah terlalu mengusik pikiranku, hingga aku tak kuat untuk menahanya.

Aku berharap hari ini atau esok aku cepat mendapatkan jalan keluar, aku butuh bantuan kalian, aku bisa gila seperti ini terus, hidup bersama orang yang tak pernah sepikiran dalam satu rumah dan selalu ribut. Tolong aku Tuhan. BKF

Cerita dialami oleh orang yang menamakan “aku” dengan penuh derita dia bercerita.

Categories: fiksi, memory